Pages

Senin, 12 Desember 2011

Aksi Sondang bisa timbulkan efek domino

Pemerintah diminta menyikapi aksi bakar diri Sondang Hutagalung dengan serius. Sebab, aksi tersebut bisa menimbulkan efek domino ke depannya.

Hal tersebut ditegaskan pengamat sosial dari Universitas Sumatera Utara (USU), Agus Suryadi, tadi malam.
join_facebookjoin_twitter

Dia menilai, bahwa aksi bakar diri yang dilakukan mahasiswa dari Universitas Bung Karno (UBK) tersebut merupakan sebuah bentuk protes yang sangat 'kritis'. Menurut Agus, aksi itu adalah sebagai bentuk kekecewaan yang sangat dalam terhadap pemerintahan saat ini. "Kalau ini tidak disikapi dengan serius oleh pemerintah, implikasinya akan sangat luas. Ini bisa menjadi efek domino dan pintu masuk dari aliansi lainnya," ujarnya.

Oleh karena itu, lanjut Agus, pemerintah tidak bisa menganggap sepele aksi tersebut karena hal itu bisa dijadikan pintu masuk oleh Sondang Sondang lain. "Ini bisa menjadi pintu masuk strategis aliansi aktivis-aktivis lainnya untuk menekan pemerintah," imbuhnya.

Memang, sambung Agus, pemerintah sudah bereaksi dengan Presiden SBY memerintahkan Polri mengusut kasus tersebut. Namun, sikap pemerintah itu masih dianggap biasa padahal kejadian itu merupakan kejadian yang luar biasa. Karena menurut Agus, apa yang dilakukan Sondang sejatinya merepresentasikan dari masyarakat Indonesia yang kecewa dengan pemerintahan SBY - Boediono.

"Ini menggambarkan dari seluruh elemen masyarakat. Jadi ini harus direspon cepat dengan perbaikan kinerja di pemerintahan," pungkasnya.

Sementara itu, Majda El Muhtaj dari Pusham Universitas Negeri Medan menilai, bahwa aksi Sondang bisa menjadi preseden buruk di masyarakat Indonesia yang membenarkan keputusasaan tergambar secara massif yang dirasakan masyarakat sekarang ini.

Senada dengan Agus Suryadi, menurut Muhtaj, aksi yang dilakukan Sondang tersebut bisa jadi merupakan bentuk kekecewaannya kepada pemerintah. Dan yang lebih parah lagi, aksi ini bisa menjadi tren di Indonesia sebagai bentuk keprihatinan yang mendalam.

Karena, lanjut Muhtaj, kalau kita berkaca pada awan kelabu di Timur Tengah, yang dimulai dari Tunisia kemudian merembet ke negara-negara lain di Timur Tengah, hal itu diawali dari aksi bakar diri seorang warga Tunisia bernama Mohammad Azizi yang kecewa dengan penyelenggara pemerintahnya. "Dari aksi itu, menimbulkan efek yang sangat luar biasa. Ini sebagai bentuk keprihatinan masyarakat sehingga mereka berempati," ungkapnya.

Begitu pun, Muhtaj tidak berharap bahwa apa yang dilakukan Sondang akan berulang karena aksi tersebut dianggapnya tidak baik. Namun, dia menangkap pesan dari Sondang yang harus dibaca pemerintah, bahwa dengan aksi Sondang tersebut, pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus bisa merespon cepat karena itu merupakan bentuk keprihatinan yang sudah sangat parah dari masyarakat.

Muhtaj juga meminta bahwa pemerintah jangan menganggap ini sebagai kekonyolan, melainkan menyikapinya dengan serius. Karena ini merupakan hentakan bagi penyelenggara negara atas penyakit lupanya dalam memerintah dan untuk mengembalikan hak-hak rakyat.

"Ini harus menjadi strating poin bagi pemerintah untuk bersikap. Misalnya saja dengan merespon masyarakat yang menuntut korban perisitiwa 65, keluarga korban Tri Sakti, keluarga korban Semanggi, dan tuntutan. Keluarga korban yang diculik tahun 1997. Belum lagi masalah lain seperti penggusuran tanpa ganti rugi yang jelas dan juga korban Lapindo yang sampai sekarang juga tidak jelas nasibnya," tandasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar